CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 27 Juni 2011

Tokoh Penting dunia psikologi

Carl Gustav Jung (1875-1962)
Ia adalah Psikolog yang berasal dari Swiss, merupakan seorang pengagum Sigmund Freud, namun tidak sepenuhnya memegenag teori Freud.
Ia sempat bekerja di Burghoeltzli Mental Hospital di bawah bimbingan Eugenen Bleuler, yaitu seorang pakar dan penemu istilah Skizofrenia
Ia membagi jiwa dalam 3 bagian :
Ego : didefinisikan sebagai alam sadar.
Alam bawah sadar personal : mencakup segala sesuatu yang tidak disadari secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari.
Alam bawah sadar kolektif : warisan psikis yaitu tumpukan pengalaman, semacam pengetahuan bersama yang kita miliki sejak lahir.
Salah satu contoh pengalaman alam bawah sadar kolektif adalah de ja vu (perasaan bahwa anda pernah ada di tempat anda sekarang sebelumnya, namun tidak ingat kapan).

Alfred Adler (1870-1937)

Ia adalah keturunan Yahudi yang diangkat oleh Sigmund Freud sebagai presiden Viennese Analytic Society.
Teorinya dikenal sebagai berikut :
“Nafsu atau daya motivasi”, yang kemudian dikenal sebagai “dorongan menuju kesempurnaan” inilah hasrat setiap individu, yaitu untuk memenuhi segala keinginan dan potensi yang dalam diri sehingga mendorong kita untuk semakin dekat dengan apa yang diidealkan.
Sebelum menggunakan istilah “dorongan kesempurnaan” Adler telah lebih dahulu memperkenalkan istilah “keinginan merusak” yaitu suatu reaksi yang terjadi dalam diri kita ketika keinginan-keinginan lain tidak terpenuhi.
Karena kata “merusak” condong kea rah yang negatif, maka munculah istilah “dorongan untuk menegaskan diri”

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Ia dikenal dengan “gerak reflex” yaitu pengkondisian Pavlovian/klasikal, membentuk berbagai gerak reflex
Unconditioned stimulus : yaitu stimulus yang belum menjadi kebiasaan.
Unconditioned response : respon yang belum menjadi kebiasaan.
Ia membuktikan teorinya tersebut dengan kegiatan eksperimen pada anjing.

Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)

Lahir tgl. 20 Maret 1904 di Pennsylvania, Amerika serikat.
Ia dikenang sebagai seorang psikolog terkenal setelah Sigmund Freud.
Hal penting dalam pemikirannya dalam dunia Psikologi ialah Operant Conditioning/cara kerja yang menentukan. Merupakan system yang ditawarkannya.
Menurutnya, tiap mahluk hidup pasti selalu berada dalam proses “melakukan sesuatu” terhadap lingkungannya. 


Plato (429-347 BC)
Lahir di Athena tgl. 29 Mei 429 BC. Ia adalah murid dari Sokrates
Plato menulis sebuah buku yang berhubungan dengan Psikologi yang berjudul ‘Phaedo’ yaitu tentang cinta
Ajaran Plato yang terkanal adalah ‘idea’
Plato menyebut jiwa sebagai ‘immaterial’ karena sebelum masuk ke dalam tubuh, jiwa sudah ada di alam para sensoris.
Jiwa menempati dua dunia yaitu : dunia sensoris (penginderaan) dan dunia idea (yang sifat aslinya adalah berpikir)
Menurut Plato, manusia terdiri atas jiwa dan badan (dualism) badan adalah penjara jiwa.


Aristoteles (384-322 BC)
Ia adalah murid Plato. Lahir di Stagirus/Stegira, Chelcidice
Karya Aristoteles dalam bidang Psikologi ialah
‘De Anima’ yaitu tentang sifat-sifat dasar jiwa.
Ia menyampaikan macam-macam tingkah laku manusia dan adanya perbedaan tingkah laku pada organisme-organisme yang berbeda-beda. Tingkah laku organisme memperlihatkan tingkatan seperti tumbuhan : memperlihatkan tingkah laku pada taraf vegetatif (bernafas, makan, tumbuh), hewan : selain tingkah laku vegetatif, juga sensitif (merasakan melalui panca indera), manusia : bertingkah laku vegetatif, sensitif dan rasional. Manusia menggunakan rasio atau pikiran.
‘Parra Naturalia’ tentang catatan-catatan menganai sensasi, persepsi, memori, mimpi
Aristoteles adalah orang pertama yang secara ekslisit menyatakan bahwa manusia adalah binatang yang berakal budi.
Aristoteles menamakan manusia sebagai mahluk karena kodratnya (phusei) hidup dalam masyarakat (politikom zoon).
 



KECERDASAN EMOSIONAL

Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di banding orang lain. Pada kenyataannya, ada banyak kasus di mana seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan.
Daniel Goleman, seorang profesor dari Universitas Harvard menjelaskan bahwa ada ukuran/patokan lain yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Dalam bukunya yang terkenal, Emotional Intelligence, membuktikan bahwa tingkat emosional manusia lebih mampu memperlihatkan kesuksesan seseorang.
Intelligence Quotient (IQ) tidak dapat berkembang. Jika seseorang terlahir dengan kondisi IQ sedang, maka IQ-nya tidak pernah bisa bertambah maupun berkurang. Artinya, jika seseorang terlahir dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup, percuma saja dia mencoba dengan segala cara untuk mendapatkan IQ yang superior (jenius), begitu pula sebaliknya. Tetapi, Emotional Quotient(EQ) dapat dikembangkan seumur hidup dengan belajar.

Kecerdasan Emosional (EQ) tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia. Pertumbuhan EQ dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan contoh-contoh yang didapat seseorang sejak lahir dari orang tuanya. Kecerdasan Emosi menyangkut banyak aspek penting, yang agaknya semakin sulit didapatkan pada manusia modern, yaitu:
  • empati (memahami orang lain secara mendalam)
  • mengungkapkan dan memahami perasaan
  • mengendalikan amarah
  • kemandirian
  • kemampuan menyesuaikan diri
  • disukai
  • kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan
  • kesetiakawanan
  • keramahan
  • sikap hormat
Orang tua adalah seseorang yang pertama kali harus mengajarkan kecerdasan emosi kepada anaknya dengan memberikan teladan dan contoh yang baik. Agar anak memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, orang tua harus mengajar anaknya untuk :
  • membina hubungan persahabatan yang hangat dan harmonis
  • bekerja dalam kelompok secara harmonis
  • berbicara dan mendengarkan secara efektif
  • mencapai prestasi yang lebih tinggi sesuai aturan yang ada (sportif)
  • mengatasi masalah dengan teman yang nakal
  • berempati pada sesama
  • memecahkan masalah
  • mengatasi konflik
  • membangkitkan rasa humor
  • memotivasi diri bila menghadapi saat-saat yang sulit
  • menghadapi situasi yang sulit dengan percaya diri
  • menjalin keakraban
Jika seseorang memiliki IQ yang tinggi, ditambah dengan EQ yang tinggi pula, orang tersebut akan lebih mampu menguasai keadaan, dan merebut setiap peluang yang ada tanpa membuat masalah yang baru.